Desa Tahunan
Desa Tahunan terletak di
110°45’1,76”-110°38’41,76” Bujur Timur, 6°36’32,33”- 6°38’38,96” Lintang
Selatan. Sebelah Utara Kecamatan Tahunan berbatasan dengan Kecamatan Jepara dan Kecamatan Mlonggo, sedangkan di
sebalah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pecangaan dan
Kecamatan Kedung, pada
sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa, dan di sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Batealit
Kecamatan Tahunan terdiri dari 15 desa, yaitu:
Mengenai asal usul dan nama Desa
Tahunan,masih banyak simpang siur karena tidak ada data yang valid mengenai
siapa yang pertama kali babat desa (membuka
desa) Tahunan ini, akan tetapi dari cerita warga secara turun temurun, ada dua
Tokoh yang sangat berjasa dalam pendirian desa Tahunan Yaitu Mbah Tregest dan
Mbah Kojut
1.
Mbah Tregest
Dari cerita para warga, tokoh ini sangat
berjasa bagi warga desa Tahunan, akan tetapi sampai saat ini, belum ada kepastian dan data yang
valid mengenai siapa sebernanya Mbah Tregest ini.
Tidak adanya makam beliau membuat warga desa hanya meyakini bahwa dari cerita
turun temurun nenek moyang mereka bahwa beliau lah yang pertama kali membuka desa Tahunan. Ada sebuah napak
tilas yang menurut
cerita
warga berada di Tendok, disungai sebagai
tempat yang diyakini warga sebagai tempat persinggahan beliau. Tidak diketahui
secara pasti apakah beliau ini ada seorang Kyai, Bangsawan, pejuang atau yang
lain, warga hanya meyakininya secara turun temurun.
2.
Mbah Kojut
Letak makamnya tepat berada di belakang SMP
Negeri 1 Tahunan jepara, menurut juru kuncinya Alm. Eyang sukarno, mbah kojut pada dulunya adalah seorang
pejuang,prajurit yang sangat gigih untuk membela kebenaran dan kebaikan,
sayangnya, sepeninggal Eyang Sukarno, tidak ada lagi yang merawat Makam mbah
Kojut ini, masih banyak warga yang
beranggapan bahwa dengan letak makamnya yang berada di pinngir sawah ini masih
dianggap angker, agak miris ketika ada seorang tokoh yang berjasa mendirikan desa akan tetapi seolah-olah tak
ada perawatan dari pihak desa untuk
merawat, atau memperbaiki makam beliau yang
bangunannya sudah semakin lapuk termakan usia.
Melihat anggaran yang ada, dalam
penerapannya masih banyak difokuskan untuk pembangunan infrastruktur, jalan
menjadi bagian yang paling banyak menghabiskan anggaran. Sebaliknya, anggaran untuk
pemberdayaan masyarakat masih sangat minim, hal ini memang sesuai dengan
pemerintah pusat bahwa fokus pembangunan adalah infrastruktur dalam bentuk
fisik.setaelah fisik infrastruktur jadi, barulah untuk kedepannya pembanunan
SDM bisa dilaksanakan agar diharapkan pembangunan bisa lebih merata dan juga
untuk kemandirian desa.